Minggu, 17 Oktober 2010

PENDIDIKAN KARAKTER

Saat ini muncul banyak muncul di berbagai media baik cetak atau elektronik dari para petinggi atau pejabat negara yang mengatakan sudah saatnya negara tercinta ini melakukan terobosan baru dalam dunia pendidikan yaitu dengan lebih menitik beratkan atau memperhatikan pendidikan yang seimbang, antara pembentukan inteletual dengan pembentukan spritual, dengan kata lain dunia pendidikan harus mampu membentuk lulusan yang mempunyai karakter, bahkan jika perlu porsi itu diberiwaktu khusus.       

Keprihatinan ini timbul dengan melihat gejala bahkan sudah menjadi masalah serius bangsa ini yaitu semakin merajalelanya praktek korupsi, nepotisme, tindakan amoral dan asosial, jual beli hukum dan pemutusan perkara seta perbuatan tercela lainnya yang menyebabkan kerugian negara dan indivudu. Hal ini ditimbulkan karena para pejabat auat oknum yang berada di dalamnya cuma pintar dan pandai akalnya saja. Mereka mampu membangun tatanan administrasi secara normatif dengan baik berangkat dari teori dan pengalaman yang mereka pelajari dari bangku kuliah. Namun tidak demikian ketika berhadapan dengan sesuatu yang membutukan karakter pribadi yang kuat atau jati dirinya ketika membaca sumpah jabatan. Misalnya ketika ada kesempatan melakukan kecurangan dalam menjalankan profesinya dengan mudah sumpah jabatan itu dilanggarnya, bisa memenangkan orang yang salah, atau menyalahkan orang yang benar, atau hal lain yang dilarang mengerjakannya karena merugikan.
   
Seorang pejabat atau apapun namanya terlebih sebagai muslim  mestinya tidak bisa digoyahankan oleh rayuan atau iming-iming pemberian yang melanggar amanah, jika tidak, berarti karakter pejabat tersebut rendah dan tidak bisa mengemban amanah dengan baik. Ada satu kisah ketika Khalifah ibn umar sedang melakukan kegiatan atau kunjungan di sebuah desa yang dekat pegunungan didapati seorang pekerja pengembala kambing yang sedang mengawasi kambing majikannya  yang ratusan jumlahnya. Umar berkata kepada pengembala tersebut sambil ingin tahu dan menguji kejujuran pengembala itu "bolehkah aku minta kambing ini dengan imbalan uang dari ku , atau aku membelinya, bukankah majikanmu tidak mengetahuinmya, atau bilang saja dimakan serigala " mendengar tawaran itu, si pengembala yang lugu dan sudah pasti tidak memahami apa itu pendidikan karakter menjawab " tidak bisa, sebab aku takut, benar memang majikanku tidak melihat, atau bisa saja aku berbohong, tetapi ada satu Zat yang melihat dan memperhatikan hambanya yaitu Allah SWT. yang maha tahu segalanya " Mendengar jawaban itu Umar ibn khotob terkegum dan terheran-heran dengan sikap kejujuran yang ditampilkan oleh si pengembala itu.

Jadi untuk membentuk karakter yang kuat dalam diri seseorang tidak cepat dengan begitu saja terbentuk, tetapi memerlukan waktu dan pembinaan yang yang lama bahkan yang tidak kalah pentingnya adalah faktor keteladan. Coba lihat para sehabat, mereka mempunyai kepribadian yang kuat karakter kerohaninnya seperti sikap amanah dan jujur sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh rayuan atau bujukan yang merugikan pihak lain. Kenapa itu bisa melekat dengan kuat pada pribadi mereka ? jawabnya adalah mereka mempunyai teladan yang kuat yaitu didikan dan ajaran dari Rasulallah SAW.yang selalu menanamkan ahlakul karimah pada setiap persoalan. Sebab jika seorang sudah mempunyai ahlaq yang baik, pasti sikap jujur dan amanah menyertainya. Pemerintah kita tidak bisa melukan terobosan instan dengan penggalakan pendidikan karakter melalui sekolah atau perguruan tinggi saja, itu tidak cukup, tetapi  harus dibarengi dengan contoh dari para pejabat atau mereka yang mempunyai pengambil kebijakan di negara ini. Coba lihat mengapa pengembala yang orang dusun dan jauh dari pendidikan mempunyai kerakter yang baik, sebab Umar ibn Khotob sebagai pemimpinnya  sudah memulai dan mencontohkan kepada rakyatnya. Semoga bangsa kita cepat merubah diri dengan membangun karakter bangsanya menjadi lebih mulia !!! 

  .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar